Nggak tahu, kenapa saya suka dengan kajian yang bersifat anthropology atau kajian budaya. S1 archeology (UGM), dan S2 antropologi sosial (UI). Sedikit bergaul dengan konflik dan peacebuilding. Pernah training tentang CBT (Community Based Tourism) di Nepal, Conflict Transformation di MPI (Mindanao Peace-building Institute) Philippine, beberapa workshop dan selebihnya belajar sendiri. Sekarang sedang menempuh program doktoral antropologi di USM (Universiti Sains Malaysia).
Pernah bekerja di NGO lokal, internasional, lembaga UN, dan sekarang terdampar jadi social researcher….nggak tahu jadi apa lagi gue ntar. Untuk sementara teliti meneliti dulu….
adi prasetijo/tijok
prasetijo@gmail.com
Halo Tijok,
Udah lama ndak kontak. Dimana kamu sekarang? Saya masih tetap ulang-alik Jakarta-Jogja demi sesuap nasi. Blogmu ini semakin bagus, belajar banyak yah utk bisa ngeblog dg baik. Oh ya, blogmu udah saya links di blogku.
Selamat menulis dan selamat ngeblog.
hal thek..
hehhee..sama thek. Aku bolak balik jakarta yogya juga demi sesuap mercy baby benz…hahaha..thanks pak komentarnya. Aku khan belajar dr ahlinya..
ampun, Pak…
ndak sanggup berkomentar…
berat yak tulisannya…
bisa bantuin untuk orang seperti aku yang awam dengan anthropologi dan cultural studies? Mungkin, tulisan yang agak lebih ringan bisa menarik. Tapi, tergantung tujuan sih…
Aku tetap senang belajar bersamamu. thx ya.
Hehehehe…tik lo bisa aja..emang lebih pinteran lo drpd gw
Maaf sebelumnya…
Saya tidak tau harus panggil Bapak, Mas. Om atau apa.
Saya sangat tertarik dengan blog ini, karena mengangkat tentang kajian antropologi.
Saya mahasiswa jurusan Sosiologi& Antropologi semester akhir, saya sedang menyusun skripsi tentang “Adaptasi Orang Mingang Perantauan terhadap Budaya Jawa”
Saya mohon petunjuk dari Anda, untuk dapat memberikan sedikit konsep ataupun literature yang bisa dijadikan acuan berkaitan dengan tema skripsi saya ini. Terimakasih sebelumnya
Terima kasih mbak Nur Indah atas tanggapannya. Adaptasi sebenarnya suatu konsep budaya yg diambil atau dipinjam dr konsep lingkungan tentang adaptasi mahkluk hidup thdp lingkungan alamnya. Konsep2 itu kemudian dipinjam & diterjemahkan dlm konteks teori budaya. Ada beberapa literatur lama tentang ini – John Bennet, Hardestry, dll. Kalau ada yg bisa saya bantu silahkan kontak email japri saya diatas. Thanks
Saya sudah mengirim pesan di E-mail Anda, mohon petunjuk dari Anda. Terimakasih sebelumnya…
Saya sangat berterima kasih atas segala bantuan Anda..
Terimakasih…
Saya ingin tanya lagi Pak…
kemarin saya ditanya seseorang “apa bedanya orang Minang dengan Suku bangsa Minangkabau?”
Saya menjawab kalau suku bangsa itu berkaitan dengan sekelompok orang yang mempunyai ciri budaya yang sama dan biasanya disatukan dengan bahasa yang juga sama. tetapi kalau orang minang itu adalah manusianya. Jadi orang minang itu masuk dalam suku bangsa minang.
Apakah seperti itu Pak?
Atau bagaimana jawabn yang seharusnya saya lontarkan untuk menjawab pertanyaan tersebut?
Pak, lha kalau jenis masakan itu juga bisa masuk dalam kekayaan budaya ya kan Pak? misal masakan minang dengan masakan jawa itu berbeda, karena selera orang Minang dengan selera makan orang Jawa juga berbeda, yang katanya orang jawa cenderung menyukai masakan yang manis sedangkan orang Minang lebih suka masakan yang pedas. Semua itu sebenarnya dasarnya apa sih Pak?
Lalu pantasnya pemakain istilah katanya “makanan” atau “masakan” ya Pak?
Saya masih bingung bedanya antara makanan dengan masakan itu bagaiamana.
Bapak tau literatur atau situs internet yang membahas makanan/masakan secara antropologis tidak Pak? Kalau makanan atau masakan memang termasuk kekayaan budaya?
Pak, kalau bedanya etnis dengan suku bangsa bagaimana? Ada orang menyebut Jawa dengan etnis Jawa lalu ada juga menyebut Suku Bangsa Jawa.
Lalu dengan etnis Tionghoa???
#
Pak, lha kalau jenis masakan itu juga bisa masuk dalam kekayaan budaya ya kan Pak? misal masakan minang dengan masakan jawa itu berbeda, karena selera orang Minang dengan selera makan orang Jawa juga berbeda, yang katanya orang jawa cenderung menyukai masakan yang manis sedangkan orang Minang lebih suka masakan yang pedas. Semua itu sebenarnya dasarnya apa sih Pak?
Lalu pantasnya pemakain istilah katanya “makanan” atau “masakan” ya Pak?
Saya masih bingung bedanya antara makanan dengan masakan itu bagaiamana.
Bapak tau literatur atau situs internet yang membahas makanan/masakan secara antropologis tidak Pak? Kalau makanan atau masakan memang termasuk kekayaan budaya?
kajian yang dalam bis auntuk referensi. thanks for the posting.
salam
terima kasih atas komentarnya. semoga memang bisa membantu
nice blog and nice info. thanks for sharing. salam kenal aja.
sekedar blogwalking mas 🙂
topiknya berat buat saya. hehe
salam kenal 😀
terima kasih terima kasih ini masukan buat saya bagaimana kemudian membuat topik yang berat biar jadi enak dibaca